Artikel Kami

Artikel Terbaru :

Rabu, 09 Agustus 2023

MODERASI BERAGAMA

                                                                      MODERASI BERAGAMA



Indonesia sebagai sebuah negara yang memiliki banyak keberagaman suku, bangsa, bahasa, adat istiadat dan agama, dewasa ini seringkali diterpa isu tentang radikalisme. Gerakan-gerakan yang mengatasnamakan kelompok tertentu ini semakin hari semakin tumbuh dan secara terang-terangan menyuarakan ideologi mereka. Aksi teror, penculikan, penyerangan, bahkan pengeboman pun kian marak terjadi.

Dari berbagai macam keberagaman yang dimiliki negara Indonesia, keberagaman agama menjadi yang terkuat dalam membentuk radikalisme di Indonesia. Munculnya kelompok-kelompok ekstrem yang kian hari semakin mengembang sayapnya difaktori berbagai hal seperti sensitifitas kehidupan beragama, masuknya aliran kelompok ekstrem dari luar negeri, bahkan permasalahan politik dan pemerintahan pun turut mewarnai. Maka ditengah hiruk-pikuk permasalahan radikalisme ini, muncul sebuah istilah yang disebut «Moderasi beragama».

Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama secara moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri. Ekstremisme, radikalisme, ujaran kebencian , hingga retaknya hubungan antarumat beragama, merupakan problem yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini.

TOLAK UKUR MODERASI BERAGAMA

Kemajemukan di Indonesia tidak bisa hanya disikapi dengan prinsip keadilan, melainkan juga dengan prinsip kebaikan. Keadilan adalah keseimbangan dan ketidakberpihakan dalam menata kehidupan dengan asas hukum dan kepastian di dalamnya. Akan tetapi, keadilan atas adanya hukum formalitas hitam-putih secara rigid juga tidak cukup jika tidak dibarengi dengan kebaikan, yaitu unsur yang juga melandasi prinsip keadilan. Keadilan adalah dimensi hukum, sedangkan kebaikan adalah dimensi etik. Dalam QS. al-Baqarah: 143, dijelaskan bahwa Allah menyatakan bahwa kaum muslimin dijadikan ummatan wasathan.

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ ۚ وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ ۗ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ

Artinya : Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia”. (QS. al-Baqarah: 143)

Berikut yaitu tolak ukur moderasi beragama
1. Seberapa kuat kembalinya penganut agama kembali pada inti pokok ajaran, yaitu nilai kemanusiaan. Melalui kemanusiaan maka perbedaan agama di tengah masyarakat bukan menjadi persoalan mengganggu keharmonisan.
2. Kesepakatan bersama. Melalui kesepakatan bersama menunjukkan kerja sama di antara sesama manusia yang beragam. Karena bagaimanapun manusia memiliki keterbatasan sehingga keragaman itu akan saling menutupi kekurangan.
3. Ketertiban umum. Manusia yang beragam latar belakang agar bisa tertib yang bisa memicu suasana beragama yang moderat.

Menjadi moderat bukan berarti menjadi lemah dalam beragama. Menjadi moderat bukan berarti cenderung terbuka dan mengarah kepada kebebasan. Keliru jika ada anggapan bahwa seseorang yang bersikap moderat dalam beragama berarti tidak memiliki militansi, tidak serius, atau tidak sungguh-sungguh, dalam mengamalkan ajaran agamanya.

Oleh karena pentingnya keberagamaan yang moderat bagi kta umat beragama, serta menyebarluaskan gerakan ini. Jangan biarkan Indonesia menjadi bumi yang penuh dengan permusuhan, kebencian, dan pertikaian. Kerukunan baik dalam umat beragama maupun antarumat beragama adalah modal dasar bangsa ini menjadi kondusif dan maju.

Kamis, 16 Maret 2023

Ramadhan Bulan Kemenangan

Ramadhan Bulan Kemenangan

romadh (رمض)

    Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam kalender Hijriah. Pada bulan ini, umat Muslim di seluruh dunia melakukan ibadah puasa dan memperingati wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad menurut keyakinan umat Muslim. Puasa Ramadan merupakan salah satu dari rukun Islam. Apa sebenarnya arti Ramadhan?
   Menurut Ustadz Ahmad Zarkasih Ramadhan berasal dari kata "romadh" (رمض) yang artinya ialah panas yang menyengat atau membakar. Dinamakan seperti itu karena memang matahari pada bulan ini jauh lebih menyengat dibanding pada bulan-bulan lain. Panas yang dihasilkannya lebih tinggi dibanding yang lain.

   Sedangkan menurut Imam Al-qurthubi dalam tafsirannya menjelaskan "Dinamakan bulan ramadhan karena ia menggugurkan (membakar) dosa-dosa dengan amal sholeh."

Adapula tujuan dengan adanya puasa di bulan Ramadhan yang penuh hikmah dan pebuh keberkahan ini, yaitu:

1. Bertakwa Kepada Allah SWT

    Tujuan puasa dalam Islam yang pertama sesuai dengan Al-Quran adalah untuk bertakwa kepada Allah SWT. Tidak hanya dengan menahan lapar dan haus, ketakwaan tersebut dapat diperoleh ketika seorang muslim berniat sungguh-sungguh untuk mendapatkan ridha dari Allah SWT.
Hal itu sesuai dengan firman Allah SWT yang berbunyi, "Hai orang-orang yang beriman 
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al Baqarah: 183)

2. Menjadi Lebih Bersyukur

     Tujuan puasa yang kedua adalah untuk dapat menjadikan pribadi umat muslim yang selalu bersyukur. Hal ini sebagaimana yang disabdakan Nabi Muhammad yang Puasa Ramadhan mengajarkan kepada umat Islam untuk merasakan betapa sulitnya hidup bagi orang-orang yang kurang beruntung. Ketika berpuasa, umat Islam merasakan rasa lapar dan haus, sehingga mereka lebih mampu memahami kondisi orang-orang yang kurang beruntung.  diriwayatkan Ibnu Jarir, “Salat adalah bentuk syukur, puasa adalah syukur, semua kebaikan yang dilakukan adalah bentuk syukur kepada Allah dan sebaik-baik syukur adalah pujian,”

3. Mendapatkan Pintu Surga

    Tujuan puasa yang selanjutnya adalah untuk mendapatkan pintu surga. Hal itu sebagaimana yang tertuang dalam sebuah hadis riwayat sahih yang berbunyi "Ketika Ramadan tiba, bukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka dan setan pun dibelenggu." (HR Imam Muslim)

4. Meleburkan Dosa

    Tujuan puasa yang berikutnya adalah untuk meleburkan segala dosa yang telah diperbuat.
Sebagaimana dalam sebuah hadis yang berbunyi "Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim).

6. Melatih Untuk Menahan Diri
    Tujuan puasa yang biasa diambil adalah untuk melatih menahan diri dari segala perbuatan maksiat. 


 Fungsi dari puasa di bulan Ramadhan: 

•Mendekatkan diri kepada Allah Bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Muslim di seluruh dunia melaksanakan puasa dan menambah ibadah-ibadah lainnya seperti sholat tarawih, membaca Al-Quran, dan beramal baik.

Manfaat/hikmah dari puasadi bulan Ramadhan
Selain melatih melawan hawa nafsu, mengajarkan untuk hidup sederhana juga merupakan hikmah dalam menjalankan ibadah puasa. Sebab, dengan berpuasa seseorang pun juga dapat melatih untuk hidup sederhana. “Ketika berpuasa kita tidak banyak untuk membeli makanan atau minuman, dan menahan diri dari segala hal duniawi. Sedangkan menurut tausyiah dari Bapak Khoirul Bahri S.Ag. “3 hikmah puasa ramadhan bagi umat islam yaitu Puasa adalah sarana menggapai ketakwaan, sarana mensyukuri nikmat dan puasa melatih diri untuk mengekang jiwa, melembutkan hati dan mengendalikan syahwat”.


Syarat Wajib Puasa :

1. Islam. 

2. Baligh. 

3. Berakal. 

4. Sehat. 

5. Bermukim (Tidak Musafir). 

6.Suci (Dari Haid Dan Nifas). 


Syarat Sah Puasa :

1. Islam. 

2. Berakal & Mumayyiz. 

3. Suci (Dari Haid Dan Nifas). 

4. Nyata masuknya bulan Ramadhan. 


Perkara Yang Membatalkan Puasa. 

1. Makan Dan Minum Dengan Sengaja. 

2. Memasukkan Dengan Sengaja Benda Ke Dalam Rongga Yang Terbuka. *Seperti* (lubang 👃hidung, 👂?telinga ?👄 mulut dan lubang kemaluan). 

3. Muntah Dengan Sengaja. 

4. Keluar Haid & Nifas. 

5. Gila. 

6. Murtad. 

7. Keluar Mani Dengan Sengaja. 

8. Bersetubuh Di Siang Hari. 


Makruh Ketika Puasa :

1. Suntik. 

2. Berbekam. 

3. Berkumur-Kumur. 

4. Memasukkan Air Ke Dalam Rongga Hidung Secara Berlebihan. 

5. Mandi Yang Berlebihan. 

6. Rasa Makanan Di Hujung Lidah. 


5 HAL YG MENGHILANGKAN PAHALA PUASA. 

1. Berdusta. 

2. Ghibah. 

3. Ado Domba. 

4. Sumpah palsu. 

5. Memandang seseorang dgn nafsu sahwat. 

6. mengeluarkan kata kata keji, cacian maki. 


 • Golongan Yang Wajib Qada' Puasa :

1. Orang Sakit Yang Ada Harapan Untuk Sembuh. 

2. Orang Yang Musafir (Bukan Kerana Maksiat). 

3. Orang Yang Kedatangan Haid Dan Nifas. 

4. Orang Yang Meninggalkan Niat Puasa. 

5. Orang Yang Sengaja Melakukan Perkara² Yang Membatalkan Puasa. 

6. Orang Yang Pitam/Mabuk.

7. Orang Yang Sangat Lapar Dan Dahaga. 


Mereka Yang Di Kenakan Membayar Fidyah Puasa :

1. Mereka Yang Tidak Dapat Mngqada'kan Puasa Sehingga Masuk Ramadhan Kali Kedua - (Fidyahnya : 1½ Liter Beras Untuk Setiap Hari Yang Di Tinggalkan Di Samping Mengqada' Puasa) Bagi Setahun Tertinggal.

Kalau Tidak Di Qada' Sehingga Melampaui 2 Tahun Maka Di Kenakan 3 Liter Tetapi Puasa Tetap Juga 1 Hari (Tiada Tambahan). 

2. Orang Sakit Yang Tidak Ada Harapan Untuk Sembuh. 

3. Orang Yang Terlalu Tua Dan Tidak Berdaya Untuk Berpuasa. 

4. Orang Yang Ada Qada' Puasa Tetapi Meninggal Dunia Sebelum Sempat Berbuat Demikian (Fidyahnya : Di Buat Oleh Kerabat Si Mati/Di Ambil Daripada Harta Pusakanya). 

5. Perempuan Yang Mengandung/Yang Menyusukan Anaknya Perlu Mengqada' Puasa Dan Membayar Fidyah 1½ Liter Beras Bagi Setiap Hari Yang Di Tinggalkan Sekiranya Dia Meninggalkan Puasa Kerana Bimbangkan Anaknya Tetapi Sekiranya Dia Takut Memudaratkan Pada Dirinya Dia Hanya Wajib Mengqada' Puasanya. 


Kifarat Bersetubuh Di Bulan Ramadhan :

Orang Yang Bersetubuh Pada Siang Hari Bulan Ramadhan, Maka Kedua2 Suami Isteri Tersebut Perlu Mengqada' Puasa Berkenaan Dan Suami Wajib Membayar Kifarat (Denda) Seperti :

1. Memerdekakan Seorang Hamba Mukmin L/P (Sekiranya Tidak Mampu). 

2. Berpuasa 2 Bulan Berturut-Turut Tanpa Terputus (Kalau Tidak Berdaya). 

3. Memberi Makan Kepada 60 Orang Fakir Miskin. 

Walau Bagaimana Pun, Jika Persetubuhan Itu Di Lakukan Kerana Terlupa, Jahil Tentang Haramnya/Di Paksa Ke Atasnya Tidaklah Wajib Kifarat. 


Tingkatan Puasa :

1. Puasa Umum - Sekedar menahan makan, minum dan keinginan berjimak. 

2. Puasa Khusus - Memelihara pancaindera, tangan dan kaki dari melakukan dosa selain melakukan kaidah puasa di atas. 

3. Puasa Khusus Al-Khusus - merangkumi puasa diatas dan disempurnakan pula dengan puasa hati dari semua nafsu zahir dan batin. 


Mereka Yang Di Benarkan Meninggalkan Puasa : 

1. Orang yang hilang daya upaya seperti sakit yang apabila berpuasa akan menambahkan keuzuran. 

2. Musafir. 

3. Org yang terlalu tua dan amat lemah. 

4. Orang yang tersangat lapar dan dahaga. 

5. Perempuan hamil/menyusukan anaknya yang apabila berpuasa bisa memudaratkan diri/anak yang disusui. 



Rabu, 22 Juni 2022

Definisi dan diturunkannya perintah di Hari Raya Idul Adha (1)


Hari Raya Idul Adha


Assalamualaikum Wr.Wb.
Hallo teman-teman bagaimana kabarnya? semoga semuanya sehat selalu ya, tidak terasa sebentar lagi kita akan menyambut hari raya Idul Adha, terkait dengan hal itu, disini mimin akan memberikan materi untuk teman-teman, agar hari raya Idul Adha besok lebih bermakna.

 1. Definisi Hari Idul Adha
Bulan Suci Idul Adha adalah sebuah hari raya dalam agama IslamIduladha jatuh pada tanggal 10 bulan Zulhijah atau 70 hari setelah Idulfitri. 

 2. Kegiatan di Hari Idul Adha

Ada beberapa kegiatan yang menjadikan bulan Idul Adha menjadi peristiwa yang peniting daripada hari-hari yang lain. Diantaranya yaitu:

* Umat Islam ketika Idul Adha diharamkan untuk berpuasa beserta saat hari-hari Tasyrik. 
* Pada hari Iduladha, umat Islam berkumpul pada pagi hari dan melakukan salat Id bersama-sama di tanah lapang atau di masjid. 
* Setelah salat, penyembelihan hewan kurban dilaksanakan. Sepertiga daging hewan dikonsumsi oleh keluarga yang berkurban, sementara sisanya disedekahkan atau dibagikan kepada orang lain. Terkadang Iduladha disebut pula sebagai Idulkurban atau Lebaran Haji.

3. Sebab Diturunkannya Perintah Berkurban

Idul Adha atau juga biasa disebut Idul Kurban tentunya juga memilih sejarah panjang dimana dikisahkan pada zaman Nabi Ibrahim AS saat akan menyembelih putranya, Ismail, sebelum akhirnya diganti dengan seekor kibas (domba) oleh Allah SWT.

Sebelum masuk ke sejarah kurban, Ibadah kurban bisa dimaknai dengan sebuah bentuk kepasrahan seorang hamba kepada Allah untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

Perintah untuk berkurban ini telah digariskan oleh Allah SWT dalam Alquran:

“Sesungguhnya Kami telah memberikan nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.” (QS Al-Kautsar (108) : 1-2).

Perayaan hari raya Idul Adha tidak lepas dari pemotongan hewan kurban. Asal mula kurban berawal dari lahirnya nabi Ismail A.S.  Pada saat itu dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim A.S tidak memiliki anak hingga di masa tuanya, lalu beliau berdoa kepada Allah.

“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (QS Ash-Shafaat (37) : 100).

 Sewaktu Nabi Ismail A.S mencapai usia remajanya Nabi Ibrahim A.S mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail puteranya. Mimpi seorang nabi adalah salah satu dari cara turunnya wahyu Allah SWT, maka perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim A.S. Nabi Ibrahim A.S pun akhirnya menyampaikan isi mimpinya kepada Ismail untuk melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih Ismail.
 
Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai Bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS Ash-Shafaat: 102)

Nabi Ismail meminta ayahnya untuk mengerjakan apa yang Allah perintahkan. Dan beliau berjanji kepada ayahnya akan menjadi seorang yang sabar dalam menjalani perintah itu. Sungguh mulia sifat Nabi Ismail A.S. Allah memujinya di dalam Al-Qur’an:

“Dan ceritakanlah (Hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.” (QS Maryam (19) : 54)

Nabi Ibrahim lalu membaringkan anaknya dan bersiap melakukan penyembelihan. Nabi Ismail A.S pun siap menaati instruksi ayahnya. Nabi Ibrahim A.S dan Nabi Ismail A.S  nampak menunjukkan keteguhan, ketaatan dan kesabaran mereka dalam menjalankan perintah itu.
Saat Nabi Ibrahim A.S hendak mengayunkan parang, Allah SWT lalu menggantikan tubuh Nabi Ismail A.S dengan sembelihan besar, yakni berupa domba jantan dari Surga, yang berwarna putih, bermata bagus, bertanduk.

“Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS Ash-Shafaat (37) : 104:107).

Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang menegaskan bahwa perintah pergorbanan Nabi Ismail A.S itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim A.S dan Nabi Ismail sampai sejauh mana cinta dan ketaatan Mereka kepada Allah SWT. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Nabi Ibrahim A.S telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pergorbanan puteranya untuk berbakti melaksanakan perintah Allah SWT.

Sedangkan Nabi Ismail A.S tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam menjalankan perintah Allah SWT dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan kepada orang tuanya.

Dari sinilah asal permulaan sunah berkurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap hari raya Idul Adha di seluruh pelosok dunia. Wallahu A’lam Bishsawab.

Dikutip dari berbagai sumber.

Nah itulah materi mengenai seputar hari raya Idul Adha, materi selanjutnya akan disampaikan juga pada laman ini, semoga dapat bermanfaat dan mendapatkan ilmu yang berkah, Jazzakallah Khairan Katsiran 

Wassalamualaikum Wr.Wb.


Poster ucapan hari raya Idul Adha 1443H : 
Foto Kegiatan hari raya SMA N 1 Blora 1443H:






Selasa, 26 April 2022

Aplikasi AlQur'an Interaktif


 Aplikasi AlQur'an Interaktif

     Assalamualikum Wr.Wb. Hallo teman-teman semuanya, apa kabar ? semoga kabar bahagia ya.... pada kali ini mimin ingin share tentang sebuah aplikasi yang rekomended nih, yaitu aplikasi Al Qur'an Interaktif berbasis Windows (PC). Oke tanpa basi-basi mari kita bahas yuk

1. Pengertian

    Aplikasi  ini adalah sebuah software yang di didalamnya terdapat berbagai macam kegunaan yang sangat bermanfaaat, selain Alquran tetapi juga ada berbagai fitur paket lainnya.

2. Fitur

Aplikasi ini terdapat berbagai fitur diantaranya yaitu:
* Alquran lengkap dilengkapi dengan (Audio, Terjemah Melayu Indonesia dan Inggris)
* Fiqih Sholat
* Panduan Haji lengkap
* Berbagai macam Doa 
* Dan berbagai fitur lainnya















































Minggu, 27 Maret 2022

Definisi dan Hukum Puasa Ramadhan

               

                       


Bulan Ramadhan



    1. Definisi Ramadhan 

        Ramadhan adalah bulan ke-9 dalam kalender Hijriyah, kalender umat Islam yang menggunakan peredaran bulan sebagai acuannya.Ramadhan menjadi salah satu bulan yang sangat ditunggu atau dinanti-nanti kan oleh umat Islam karena keutamaan-keutamaan dan momennya yang begitu berarti.

        Muslim atau Muslimah dewasa yang sehat dan tidak sedang dalam halangan syar’i diwajibkan menjalankan ibadah puasa dalam bulan Ramadhan dari Subuh hingga terbenamnya matahari.  Selain itu Ramadhan sebagai bulan yang suci umat islam juga berlomba-lomba dalam hal kebaikan dan dapat bermanfaat, seperti bersedekah, membaca AlQuran dan mengamalkannya, Sholat sunnah, dan masih banyak lagi.

       Nah membahas soal aktivitas yang dilakukan oleh umat Muslim waktu bulan Ramadhan, khususnya adalah Puasa, kita akan mencari tahu tentang sejarah puasa, apa ya hukum puasa? apa saja keutamaannya?, Eits... tapi sebelum kalian membaca coba tonton video ini ya, agar lebih membangkitkan semangat kalian lagi tentang Ramadhan




       Bagaimana? sudah semangat kan untuk menyambut dan beraktivitas di bulan Ramadhan ini?  Kalau sudah ayo kita mulai untuk pembahasannya

   2. Sejarah Puasa Ramadhan 

       Merujuk buku Membaca Sirah Nabi Muhammad saw. dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadis-hadis Shahih (M Quraish Shihab, 2018), berpuasa sebulan penuh selama bulan Ramadhan disyariatkan atau diwajibkan Allah sejak abad ke-2 Hijriyah. Hal itu seiring dengan turunnya wahyu QS. al-Baqarah ayat 183, yang berbunyi :


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa     sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,"


       Tetapi sebelum disyariatkan berpuasa Ramadhan, Nabi Muhammad saw. dan umat Muslim juga telah melaksanakan puasa, diantaranya adalah puasa selama tiga hari dalam sebulan atau dikenal sebagai puasa Ayyamul Bidh


  3. Hukum Puasa Ramadhan 

dikutip dari Rumaysho.com


Puasa dalam bahasa Arab disebut dengan “shaum”. Shaum secara bahasa bermakna imsak (menahan diri) dari makan, minum, berbicara, nikah dan berjalan.

 Sedangkan secara istilah shaum bermakna menahan diri dari segala pembatal dengan tata cara yang khusus.[1]
Puasa Ramadhan itu wajib bagi setiap muslim yang baligh (dewasa)[2], berakal[3], dalam keadaan sehat, dan dalam keadaan mukim (tidak bersafar)[4].


Yang menunjukkan bahwa puasa Ramadhan itu wajib adalah dalil Al Qur’an yang telah disebutkan di atas, As Sunnah bahkan kesepakatan para ulama (ijma’ ulama)[5].


Dalil dari As Sunnah adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

بُنِىَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ

 ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَالْحَجِّ ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ

Artinya: “Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya; menegakkan shalat; menunaikan zakat; menunaikan haji; dan berpuasa di bulan Ramadhan.”


Wajibnya puasa ini juga sudah ma’lum minnad dini bidhoruroh yaitu secara pasti sudah diketahui wajibnya karena puasa adalah bagian dari rukun Islam.



Catatan kaki

[1] Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 28: 7.

[2] Tanda baligh adalah: (1) Ihtilam, yaitu keluarnya mani dalam keadaan sadar atau saat mimpi; (2) Tumbuhnya bulu kemaluan; atau (3) Dua tanda yang khusus pada wanita adalah haidh dan hamil. (Lihat Al Mawsua’ah Al Fiqhiyah, 8: 188-190).

[3] Bagaimana dengan orang yang pingsan?

Dijelaskan oleh Muhammad Al Hishni bahwa jika hilang kesadaran dalam keseluruhan hari (dari terbit fajar Shubuh hingga tenggelam matahari, -pen), maka tidak sah puasanya. Jika tidak, yaitu masih sadar di sebagian waktu siang, puasanya sah. Demikian menurut pendapat terkuat dari perselisihan kuat yang terdapat pada perkataan Imam Syafi’i. Lihat pembahasan Kifayatul Akhyar, hal. 251 dan Hasyiyah Al Baijuri, 1: 561.

Bagaimana dengan orang yang tidur seharian, apakah puasanya sah?

Ada ulama yang mengatakan tidak sah sebagaimana perihal pingsan di atas. Namun yang shahih dari pendapat madzhab Syafi’i, tidur seharian tersebut tidak merusak puasa karena orang yang tidur masih termasuk ahliyatul ‘ibadah yaitu orang yang dikenai kewajiban ibadah. Lihat pembahasan Kifayatul Akhyar, hal. 251.

[4] Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 28: 20 dan Shahih Fiqh Sunnah, 2: 88. Ada ulama menambahkan syarat wujub shoum (syarat wajib puasa) yaitu mengetahui akan wajibnya puasa.

[5] Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 28: 7.


Nah itulah Sebagian pembahasan dalam Artikel ini, tunggu untuk pembahasan selanjutnya ya, terimakasih dan semoga bermanfaat 






       

Minggu, 13 Februari 2022

Esensi Sirah Nabi: Peristiwa Isra Mi'raj


Esensi Sirah Nabi: Peristiwa Isra Mi'raj

Dikutip dari Rumaysho.com 

   Peristiwa Isra Mikraj adalah mukjizat besar dan tanda kenabian yang sangat jelas. Selain itu, ini adalah kekhususan Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena hal ini tidak pernah terjadi kepada nabi dan rasul selainnya (sebelumnya).

   Pada saat sebelum peristiwa Isra Mi'raj, Beliau sempat pergi ke Thaif dalam rangka menyeru penduduknya untuk beriman, menerima Islam, dan menjadi penolong agama Allah. Namun mereka menolaknya dan menolak ajarannya. Semua kondisi yang menyulitkan ini, Allah Ta’ala memuliakannya dengan mukjizat besar dan kemuliaan yang tinggi, yaitu Isra dan Mikraj.

Allah Ta’ala berfirman,


سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي  بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ 

 

مِنْ آيَاتِنَاۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ


Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Isra’: 1)


Ayat di atas bercerita tentang Isra



Allah Ta’ala berfirman,

أَفَتُمَارُونَهُ عَلَى مَا يَرَى. وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى. عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى. عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى. إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى. مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى. لَقَدْ رَأَى مِنْ ءَايَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى

"Maka apakah kamu (musyrikin Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar."

Ayat di atas bercerita tentang mi'raj


Pengertian Isra dan Mikraj

 

   Kata “asra” seperti dalam surah Al-Isra’ ayat pertama berarti melakukan perjalanan pada malam hari. Ada yang menambahkan bahwa yang dimaksud adalah melakukan perjalanan pada awal malam, ada juga yang mengatakan pada akhir malam.


Adapun isra yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah melakukan perjalanan pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha. Awal dari isra adalah dari Masjidil Haram sebagaimana dimaksudkan dalam ayat di atas. Lihat bahasan dalam At-Tashil li Ta’wil At-Tanzil – Tafsir An-Nahl & Al-Isra’ karya Syaikh Musthafa Al-‘Adawi.


Adapun mikraj berasal dari kata yang artinya naik. Mikraj adalah alat yang digunakan untuk naik. Sedangkan mikraj Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah naik dari bumi ke langit melewati lapis langit sampai pada langit ketujuh.


Bisa dilihat dalam At-Tashil li Ta’wil At-Tanzil – Tafsir An-Nahl & Al-Isra’ karya Syaikh Musthafa Al-‘Adawi.


Kapan Isra Mikraj Terjadi?

 

   Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,

 “Tidak ada dalil yang tegas yang menyatakan terjadinya Isra Mikraj pada bulan tertentu atau sepuluh hari tertentu atau ditegaskan pada tanggal tertentu. Bahkan sebenarnya para ulama berselisih pendapat mengenai hal ini, tidak ada yang bisa menegaskan waktu pastinya.” (Zaad Al-Ma’ad, 1:57-58)


  Abu Syamah mengatakan, 

“Sebagian orang menceritakan bahwa Isra Mikraj terjadi di bulan Rajab. Namun para pakar Jarh wa Ta’dil (pengkritik perawi hadits) menyatakan bahwa klaim tersebut adalah suatu kedustaan.” (Al-Bida’ Al-Hawliyah, hlm. 274)


   Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, 

“Tidak dikenal dari seorang dari ulama kaum muslimin yang menjadikan malam Isra memiliki keutamaan dari malam lainnya, lebih-lebih dari malam Lailatul Qadar. Begitu pula para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik tidak pernah mengkhususkan malam Isra untuk perayaan-perayaan tertentu dan mereka pun tidak menyebutkannya. Oleh karena itu, tidak diketahui tanggal pasti dari malam Isra tersebut.” (Zaad Al-Ma’ad, 1:57-58)


   Syaikh Musthafa Al-‘Adawi hafizhahullah juga menerangkan bahwa tidak ada dalil dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau merayakan Isra Mikraj. Beliau juga katakan bahwa beliau tidak mengetahui dalil dari para sahabat tentang hal ini, begitu pula tidak diketahui dari imam yang empat dari imam madzhab. Juga terdapat perselisihan pendapat tentang penetapan kapan malam Isra Mikraj terjadi. Lihat At-Tashiil li Ta’wil At-Tanzil Tafsir An-Nahl – Al-Isra’, hlm. 326.


Referensi:


  1. 1. At-Tashil li Ta’wil At-Tanzil – Tafsir An-Nahl & Al-Isra’. Cetakan pertama, Tahun 1432 H. Syaikh Musthafa Al-‘Adawi. Penerbit Maktabah Makkah.

  2. 2. Al-Bida’ Al-Hawliyah. Cetakan pertama, Tahun 1421 H. ‘Abdullah bin ‘Abdul ‘Aziz bin Ahmad At-Tuwaijiri. Penerbit Darul Fadhilah.

  3. 3. Fiqh As-Sirah.Cetakan Tahun 1424 H. Prof. Dr.Zaid bin Abdul Karim Az-Zaid. Penerbit Dar At-Tadmuriyyah.

  4. 4. Zaad Al-Ma’ad fi Hadyi Khair Al-‘Ibad. Cetakan keempat, Tahun 1425 H. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.



Sumber https://rumaysho.com/20139-faedah-sirah-nabi-peristiwa-isra-mikraj.html


Oleh: Rohissman1blora


Ini ada video dari karya Rohis SMA N 1 Blora. Silakan ditonton ya, semoga bermanfaat










Kamis, 27 Januari 2022


Pelantikan dan Pengukuhan 
Pengurus Rohis SMAN 1 Blora




Blora (Rohissman1blora.blogspot.com) Pengurus Kerohanian Islam (Rohis) SMAN 1 Blora masa khitmah 2021/2022 kamis, 18 November 2021 resmi dilantik oleh Kepala Sekolah Drs Slamet Joko Waluyo, MPd. Pelantikan bertempat di Aula Sekolah diikuti oleh seluruh pengurus dan anggota Rohis dilaksanakan secara luring dan daring. Turut hadir Waka kesiswaan dan guru-guru Pembina.

Dalam sambutannya Slamet Joko Waluyo ada beberapa pesan yang disampaikan. Pertama keberadaan rohis di sma ini harus bisa menjadi wadah latihan berorganisasi yang baik. Dalam membuat program dan pelaksanaannya yang realisti, selalu berpedoman dan memperhatikan aturan yang ada.

Kedua, pengurus Rohis diharapkan menjadi motor penggerak memujudkan Islam yang moderat yang rahmatan lil alamin. pengurus rohis diharapkan menjadi motor penggerak terdepan dalam mewujutkan generasi yang cinta tanah airnya, bersikap toleran, menghindari tindakan kekerasan radikal dan mencintai budaya sendiri.

Kepala sekolah slamet Joko Waluyo mengapresiasi pengurus Rohis karena selama pandemi kegiatan dapat berjalan dengan baik. Ketua Rohis SMAN 1 Blora masa Khitmah 2021/2022 Muh.Rafly Bayu Syahputra berjanji akan melaksanakan amanah dengan sebaik baiknya seperti yang dipesankan oleh kepala sekolah. Program kegiatan yang selama ini berjalan akan terus dilaksanakan dan ditingkatkan.